"Permisi Pak, saya pamit
pulang" pamit sekertaris Gani.
"iya silakan dan
hati-hati di jalan" jawab Gani kepada sekertarisnya.
Gani sendiri merupakan manager
disalah satu perusahaan besar. sebelum menjadi manager, banyak hal yang telah
dia lalui untuk mencapai kesuksesan seperti saat ini.
Kehidupan Gani saat ini
berbanding terbalik 180 derajat dengan kehipuan saat dulu. saat belum bekerja,
Gani merupakan anak dari keluarga yang pas-pasan. orang tuanya hanyalah
petani di kampungnya. Saat remaja pun Gani harus ikut banting tulang untung
membiayai pendidikannya.
sore itu gani membereskan meja
kerjanya, lalu gani menjatuhkan secarik kertas.
Gani mengambil dan membaca kertas
tersebut yang bertuliskan "Aku Pasti sukses". kata tersebut
merupakan kata motivasinya saat kuliah dulu.
Gani memegang kertas tersebut dan
melihat foto wisudanya yang di pajang pada meja kerjanya sambil tersenyum. Lalu
Gani duduk dan bersandar pada kursi kerjanya dan mulai mencoba mengingat
kembali perjuangannya dulu.
Berawal Dari Sebuah Mimpi
Hari ini merupakan hari kebahagian bagi siswa-siswa SMK, karena hari ini merupakan hari kelulusan mereka, tidak terkecuali Gani. Siswa-siswa mulai saling mencoret seragam mereka, bertukar tanda tangan dan berfoto bersama.
Saat itu Gani juga ikut bergabung
bersama teman-temanya walaupun hanya sebatas berfoto dan tidak mengikuti
teman-temanya untuk mencoret seragam sekolahnya.
Dalam benak pikirannya, seragam
ini merupakan perjuangan dia selama 3 tahun di sekolah, perjuangan orang tuanya
untuk membeli seragam tersebut dengan kerja keras mereka. Dia mencoba berfikir
sebagaiknya baju tersebut disumbangkan, karena masih banyak pula orang yang tidak
bercukupan seperti dirinya.
Saat berbagi kebahagaian telah
setelah, Gani dan teman-temannya berkumpul pada sebuah ruangan kelas dan mulai
saling membicarakan mengenai kegiatan mereka masing-masing setelah lulus ini.
Dari pembahasan mereka, kebanyakan teman-temanya yang memilih berkuliah, dan
ada pula yang ingin langsung bekerja.
"kalau kamu sendiri mau
ngapain setelah ini gan ?" tanya salah satu teman Gani.
Terdiam sejenak, lalu menjawab ke
temannya "belum tau nih, belum ada pikiran kedepan" jawab Gani.
Dalam pikiran Gani dia ingin
melanjutkan berkuliah namun Gani juga berfikir, sekolah SMK saja sudah
membutuhkan biaya besar, apalagi Kuliah.
Setelah perbicaraan selesai, Gani
dan teman-temannya keluar kelas dan pulang ke rumah mereka masing-masing.
"Assalammualaikum" Salam
Gani saat sesampainya dirumah .
"Waalaikum salam"
Jawab kedua orang tua Gani.
Gani menuju kamarnya mengganti
pakaian dan istirahat.
Saat sore Gani membantu orang
tuanya di kebun. Sambil bekerja, orang tuanya melihat wajah Gani seakan sedang
memikirkan sesuatu.
Dalam pikiran Gani dia merasa
bingung, karena setelah lulus hanya dapat membantu orang tuanya di kebun. Ingin
berkuliah namun terkendala faktor biaya dan tidak ingin memberatkan kedua orang
tuanya.
Saat malam tiba orang tuanya pun
bertanya kepada Gani apa yang dia pikirkan sehingga seakan terasa gelisa. Gani
pun menjelaskan kepada orang tuanya sambil tertunduk lesu. orang tuanya pun
coba menjelaskan bahwa mereka tidak terlalu menuntut lebih kepada Gani. Mereka
hanya berharap Gani dapat melihat dan menjaga orang tuanya di hari tua nanti.
"Tak butuh harta dan
kesuksesanmu yang selalu kami harapkan, tapi sikap dan perhatianmu kepada
kami" Kata ayah Gani.
Beberapa hari kemudian, saat Gani
dan orang tuannya sedang beristirahat dirumah menikmati makan siang, tiba-tiba
terdengar ketukan pintu. saat itu ada seorang dari salah dinas dipemerintahan
datang.
"Aslammualaikum. permisi
apa benar ini rumah Gani" ? tanya lelaki berpakaian dinas tersebut.
"Waalaikum salam, iya
benar. silakan masuk pak" jawab ayah Gani.
Lelaki itu pun masuk dan
menjelaskan kepada Gani dan orang tuanya bahwa mereka menawarkan Gani untuk
melanjutkan pendidikan pada bangku kuliah.
"Gani mendapatkan
beasiswa yang diberikan kepada siswa-siswa yang memiliki potensi dan dianggap
kurang mampu" kata Lelaki berbaju Dinas tersebut.
Orang tua Gani pun kaget karena
mereka merasa tidak perna mendaftarkan Gani untuk mendapatkan beasiswa
tersebut. Lelaki berbaju dinas itu pun menjelaskan, bahwa ternyata Gani
merupakan salah satu siswa yang masuk dalam 10 besar dengan nilai hasil ujian
terbaik di daerahnya. Salah satu faktor Gani mendapatkan biaya siswa pun karena
dia berasal dari keluarga yang kurang mampu namun dia adalah salah satu siswa
yang berprestasi.
Hal itupun tidak disia-siakan
Gani. Akhirnya hal yang Gani pikiran dan harapkan pun menjadi kenyataan. Hal
lain yang Gani pikirankan adalah jika dia dapat berkuliah, mungkin saja dia
dapat mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Sehingga orang tuanya tidak harus
bekerja di teriknya matahari. Dia berfikir orang tuanya semakin tua, tubuhnya
sudah mulai lemah. mereka butuh istirahat dan menikmati masa tua mereka.
Akhirnya Gani dapat berkuliah.
namun Gani tidak dapat membantu orang tuanya lagi untuk bekerja, karena kampus
tempat Gani berkuliah jauh dari tempat tinggalnya. Gani pun harus Mengontrak
Kost. Jarak antara kost Gani dengan kampusnya pun cukup jauh. Beasiswa yang
Gani dapat hanya biaya kuliah saja bukan biaya hidupnya selama kuliah. Namun
Gani sedikit dimudahkan dengan sepeda yang diberikan orang tuanya.
Awal Dari Kesuksesan
Cuaca yang cerah, gowesan sepeda yang kuat menuju tempat dimana Gani ingin menimbah ilmu. Jarak bukan halangan baginya untuk terus belajar. Disaat orang lain menggunakan motor maupun mobil pribadi, namun Gani hanya menggunakan sepeda sebagai kendaraannya untuk pergi ke kampus. Dia tetap bersyukur, dalam pikirannya dia masih beruntung, karena diluar sana masih banyak yang belum diberikan kesempatan untuk mendapatkan hal sama bahkan lebih seperti dia.
Memasuki gerbang kampus dan men
standarkan sepeda, Gani bergegas menuju ruangan.
langkah kaki yang tergesa-gesa
menaiki tangga, menandakan kelas telah dimulai. Benar saja saat sampai di
lantai menuju ruangan kelasnya, beberapa teman mahasiswanya sedang duduk
bersantai ditangga.
"Kalian ngpain, dosen
sudah masuk belum ?" tanya Gani ke teman-temannya
"Sudah Gan, kelas sudah
mulai. Dosen juga udah masuk, percuma udah alpa kita" jawab salah satu
temannya.
Gani yang mendengar perkataan
temannya merasa kecewa, namua Gani tetap memberanikan diri untuk izin kepada
dosennya untuk tetap masuk, walaupun resikonya absennya telah terlewatkan.
"Permisi Bu, maaf saya
terlambat" kata Gani.
"yah sudah, silakan
masuk. tapi kamu sudah tidak ibu absen" jawab ibu dosennya.
Gani pun masuk dan tetap
mengikuti materi perkuliannya. walaupun dianggap alpa, setidaknya dia
mendapatkan materi hari. Bagi Gani kuliah bukan hanya sebatas absen dosen
melainkan ilmu yang didapatkan dari materi dosen juga sama pentingnya.
Waktu menunjukan kelas telah
berakhir, menandakan aktifitasnya di kampus telah selesai. Di saat jam
perkulian telah selesai, teman-teman Gani mengajaknya untuk nongkrong untuk
melepas penat, namun Gani menolaknya dan lebih memilih pulag. Dalam hatinya
Gani pun ingin bergabung, dan menikmati masa mudanya bersama teman-temannya.
Hal yang membuat dia tidak dapat
bergabung adalah setelah pulang kuliah Gani melanjutkan kesibukannya dengan
berjualan es cendol sebagai tambahan biaya hidupnya selama berkuliah, karena
Gani tidak ingin merepotkan orang tuanya. Dagangan es cendol yang dijual pun
bukan milik Gani, melainkan milik orang lain. Gani hanya berkerja paruh waktu
walaupun hasilnya tidak seberapa.
Di Selah-selah kesibukannya, Gani
selalu membawa buku catatan kuliah sebagai bahan belajarnya.
Saat berjualan, terkadang teman
kampusnya maupun dosennya melihat dan bahkan ikut membeli es cendolnya. namun
dia tidak pernah merasa malu maupun merasa minder. Karena menurutnya, setidaknya
dia bekerja dengan halal dan tidak merepotkan orang lain.
Saat berjualan, dia melihat
sesama temannya bahkan remaja seumurannya berjalan dan bergandeng tangan,
layaknya seorang pasangan.
"Kapan aku juga dapat
menggandeng seorang wanita seperti mereka dan memperkenalkan kepada orang tua
ku" Dalam pikiran Gani.
namun dia kembali berfikir, dia
hanya seorang yang berasal dari keluarga sederhana, mana ada yang mau dengan
dirinya. hal itu terkadang yang membuat dirinya terlihat kaku saat berhadapan dan
berbicara dengan seorang wanita.
Pikiran itu terkadang akan hilang
dan dia kembali bersemangat ketika dia mengingat pesan orang tuanya.
"jika kamu sukses, bukan
kamu yang mencari wanita,melainkan wanita yang akan mencarimu. Selain itu jodoh
pun sudah ada yang atur, sekarang kamu harus focus menuntut ilmu dan
membahagiakan orang tuamu terlebih dahulu" mengingat pesan orang tua
gani.
Suara Adzan Magrib berkumandan,
Gani pun bergegas pulang dan menyerahkan gerobak serta hasil jualannya ke
pemiliknya. Tak lupa sebelum pulang Gani pun mampir ke Masjid untuk melakukan
Sholat terlebih dahulu. Gani tidak lupa menjalankan tugasnya sebagai umat Islam
yaitu beribadah.
"Sesibuk apapun, se lelah
apapun tubuh ini dan sesulit apapun kehidupan jangn perna lupa untuk mengingat
dan menjalankan apa yang telah diperintah Allah" Dalam benak
pikirannya.
Cobaan Yang Harus Dilewati
Hari yang semakin gelap, tubuh yang sudah mulai lelah. Setelah selesai mengerjakan Sholat Magrib, Gani melanjutkan mendorong gerobaknya menuju rumah pemilik gerobak. ditengah perjalanan, Gani melihat beberapa pemuda sedang duduk dipinggir jalan sambil memegang gelas yang berisi minuman keras. Gani pun berusaha memberanikan diri untuk tetap melewati mereka karena hanya jalan tersebut yang dapat dilalui menuju rumah pemilik gerobak.
Saat melewati sekumpulan pemuda,
yang kurang lebih berjumlah 4 orang, mereka mencoba memberhentikan Gani. Mereka
menahan gerobak, dan meminta Rokok kepada Gani.
"Maaf bang, gak ada.
soalnya gak merorok saya" Kata Gani.
Sekumpulan pemuda itupun tertawa,
dan kembali meminta uang kepada Gani.
Gani yang saat itu membawa
gerobak dan uang hasil jualannya mencoba menyembunyikan uang tersebut yang ada
dicelananya.
"Kamu dengar gak ?"
kata salah satu pemuda dengan nada keras sambil memukul gerobak.
"Maaf gak ada bang"
Jawab Gani.
Mereka pun memaksa dengan
menggeledahnya. Gani yang saat itu mencoba untuk melepaskan tangan mereka dan
mendorong salah satu pemuda hingga terjatuh. Karena tak terimah, teman-temanya
pun memukul Gani hingga terjatuh. Saat mereka ingin menggeledah Gani, beruntung
ada beberapa orang yang lewat dan membantu Gani. sehingga beberapa pemuda itu
pun lari.
Gani pun dibangunkan. Terdapat
memar diwajahnya, namun dia tetap bersyukur karena uang hasil jualannya tidak
diambil. Namun ada sedikit kerusakan pada gerobak dagangannya.
"Terimah Kasih Pak, sudah
membantu saya" Kata Gani kepada beberapa orang yang telah membantunya.
Selanjutnya Gani pun melanjutkan
perjalan pulangnya untuk mengantar gerobak jualannya. Sesampainya di rumah
pemilik gerobak, gani menjelaskan yang telah terjadi kepada pemilik gerobak.
"Maaf pak gerobaknya
rusak. Besok saya akan memperbaikinya" jelas Gani kepada pemilik
gerobak.
Pemilik gerobak yang melihat
gerobaknya rusak dan mendengar penjelasan Gani bukannya marah, malah memberi
Gani uang untuk mengobati luka-lukanya.
"Sudah tidak apa-apa nak.
yang penting kamu selamat. lagian gerobaknya hanya rusak sedikit. biar bapak
saja yang perbaiki. lebih baik kamu pulang dan beristirahat" kata
pemilik gerobak kepada Gani.
Gani merasa tidak enak, sehingga
dia tidak mengambil uang tersebut. Gani hanya berpamitan dan kembali pulang ke
kostnya.
"Tidak usah pak. uangnya
simpan saja untuk perbaiki gerobak bapak. Luka saya tidak parah, hanya memar
sedikit. Saya pamit dulu pak. Assalammualaikum" Pamit Gani kepada
pemilik gerobak. Gani pun pulang ke kostnya.
Sesampai di kostnya, Gani
memberiskan diri dan duduk sejenak. Kost yang hanya berukuran kecil, hanya muat
untuk 1 orang dan hanya beralaskan kasur kecil ini merupakan tempat tinggalnya
selama berkuliah.
Di saat kelelahannya, dia
mengambil buku kuliahnya untuk membaca sedikit materi kuliah untuk mata
kuliahnya besok. Saat membaca buku, dia menengok tulisan yang tertempel di
dindingnya.
Tulisan tersebut adalah "Aku
Pasti Sukses". Tulisan yang menjadi semangat dan motivasinya.
Kesuksesan Menanti
Kesabaran dan semangatnya membawa dia sampai ke tahap akhir perjuangannya yaitu sidang skripsi. Gani merupakan mahasiswa tercepat di fakultasnya mampu sampai duluan ke tahap sidang skripsi. Gani banyak melewati hal-hal sulit untuk sampe ke Sidang skripsi ini, diantaranya skripsinya harus berulang kali dicoret, mencari dosen yang susah untuk revisi hingga bagadang tiap malam untuk menyelesaikan skripsinya.
Ditengah kesibukan skripsinya dia
tetap berjualan dan sesekali membantu teman-temannya untuk menyelesaikan
skripsi mereka.
Hal yang sangat dia ingat yaitu
harus bekerja menyangkul tanah dan mengecat rumah dosennya hanya untuk
mendapatkan tanda tangan dosen. Namun Gani tidak perna mengeluh, karena baginya
sesuatu yang bernilai memang harus membutuhkan kerja keras. Gani sadar dirinya
bukan mahasiswa yang memiliki banyak uang, yang hanya membeli skripsi mereka
ataupun membayar dosen untuk mengerjakannya. Namun semangat dan kerja kerasnya
telah membawah Gani sampe ke Sidang Akhir.
Jantung yang berdebar kencang dan
raut wajah yang terlihat gugup mendandakan dia seakan belum siap. Wajar saja
dia harus menjelaskan dan mempertanggung jawabkan skripsinya didepan 6 dosen
yang terlihat menakutkan saat didalam ruangan.
"Gani semangat dan jangan
lupa melambaikan tangan ke kamera jika kamu tidak mampu" canda
temannya sambil tertawa.
"Iya tenang saja, tolong
siapkan tandu untuk mengangkut ku yah setelah itu" Balas canda Gani ke
temannya.
Gani pun masuk dan menysiapkan
materi skripsinya. Gani membagikan skripsinya ke 6 dosen tersebut sambil
tangannya berkeringat.
"Santai saja jangan
gerogi" jawab salah satu dosen .
Gani pun membuka sidang
skripsinya dengan salam dan meperkenalkan dirinya, dilanjutkan dengan
menjelaskan materinya. Semakin lama Gani merasa tenang dan mulai menikmati
penjelasannya. Beberapa dosen pun merasa Gani yang awalnya gugup, namun saat
menjeskan menjadi lebih tenang. Gani terasa seperti menjelaskan didepan
teman-temannya. Raut wajah yang awalnya gugup kini berubah menjadi percaya
diri.
Penjelasan pun telah selesai,
Gani pun memberikan kesempatan kepada dosen pengujinya untuk bertanya atau
merevisi skripsinya.
"Tadi awal kamu kelihatan
gugup, tetapi kenapa sekarang kamu terlihat tenang sekali Gani. penjesalanmu
pun bagus. sangat menguasai materi " Kata salah satu dosen.
"Tidak tau pak, saya
hanya mencoba menjelaskan dan sambil berdoa saja" jawab Gani.
Proses tanya jawab pun hampir
usai, hingga salah satu dosen bertanya "Kayaknya sebelumnya saya perna
melihat kamu, tetapi saya lupa dimana yah".
"Iya pak saya yang biasa
jualan es di dekat rumah bapak" jawab Gani
Dosen-dosen pun kaget, ternyata
selama ini Gani kuliah sambil berjualan. Mereka mengira Gani seperti mahasiswa
pada umumnya yang hanya kuliah saja sebagai kesibukannya. Wajar saja selama ini
mahasiswa yang sambil bekerja harus menunda skripsinya karena kesibukannya.
sedangkan Gani tetap Berkuliah sambil berjualan bahkan Gani mampu menjadi
mahasiswa pertama yang mampu untuk sidang skripsi dibandingkan dengan mahasiswa
lain yang kesibukannya hanya berkuliah saja.
Sidang skripsi pun ditutup dengan
Dosen membacakan nilai dan hasil yang didapat Gani saat sidang skripsi. Gani
pun mendapatkan nilai yang cukup bagus dan memiliki IPK diatas rata-rata.
"Selamat yah Gani, kamu
sekarang telah resmi menjadi sarjana" kata dosen pembimbingnya
"Iya pak, terimah kasih
atas bimbingannya selama ini dan maaf telah merepotkan bapak selama ini"
jawab Gani.
Gani pun keluar ruangan dengan
muka tersenyum, wajar saja sekarang gani resmi menyandang gelar sarjana.
"Selamatnya Gani,
sekarang nama kamu semakin panjang lagi" kata teman-temanya.
"Iya makasih, kalian juga
harus cepat nysul yah. jangan ditunda skripsinya" jawab Gani.
Teman-teman Gani pun mulai
memberikan selamat dan menyalami Gani. Akhirnya perjuangannya telah mendapatkan
hasil. Hal yang tidak perna Gani bayangkan menjadi mahasiswa pertama yang lulus
dan mendapatkan nilai yang memuaskan juga.
Sukses Itu Pasti
Sidang skripsi telah dilewati, namun bukan berarti perjuangan telah berhenti. inilah saatnya perjuangan yang sesunggunya, yaitu bersaing dalam dunia kerja. Yang mampu bekerja yang akan terpakai, sedangkan yang hanya diam menunggu dan bersantai harus tertinggal.
Namun sebelum semua itu,
pemindahan toga telah didepan mata. Saatnya menunjukan kerja keras belajar
selama ini telah mendapatkan hasil.
Nama Gani dipanggil pertama,
sesuai dengan hasil yang didapat yaitu nilai IPK terbaik di program studinya.
Orang tua gani tersenyum dan menenteskan air mata kebahagian. Bagaimana tidak
anak yang meninggalkan mereka 4 tahun lalu untuk mencari kesuksesan, kini telah
melewati tahap pertama yaitu sukses mendapatkan gelar sarjana.
Toga pun telah dipindahkan, dan
Gani turun dari atas panggung. Setelah semua telah selesai, konvoi mahasiswa
tak bisa dihindarkan. Adik-adik tingkat telah menyiapakn kendaraan berserta
pengawalan polisi untuk konvoi ini. Sekedar menunjukan solidaritas antara adik
tingkat yang akan melanjutkan perjuangan seperti kakak tingkat mereka yang
telah lulus.
Saat semua berkumpul dan mulai
konvoi, seperti hal dahulu, Gani tidak mengikuti konvoi tersebut. Gani langsung
mengampiri ke dua orang tuanya dan memeluk mereka. Air mata kebahagian tak
terbendung lagi.
"Kini kamu telah
berhasil, tetapi ingat perjuangan mu bukan berarti berhenti. Ketika setelah ini
kamu sukses, jngan perna lupakan tempat kamu berada" kata ayah
Gani.
"Iya pak, Bu. Terimah
kasih atas doa dan dukungannya selama ini. Terimah kasih atas kepercayaannya
kepada ku selama ini " jawab Gani.
Gani pun mengajak kedua orang
tuanya berfoto bersama menggunakan toga. Foto pun dilakukan 3 kali, 2 kali foto
bersama ke dua orang tua Gani dan sekali Gani berfoto sendiri.
Foto wisudanya itulah yang
dipajang di meja kerjanya, sedangkan foto bersama orang ruanya dipajang
dirumahnya.
Proses wisuda pun telah
selesai dan Gani hanya tinggal menunggu pengambilan Ijasah setelah semua
persyratan telah selesai. Salah satu persyratannya yaitu menyelesaikan revisi
yang diberikan saat sidang skripsi. Gani yang telah lulus terlebih dahulu saat
itu telah menyelesaikan revisinya.
Saat semua telah selesai, hampir
semua teman-teman Gani melakukan liburan, namun tidak bagi Gani. Gani langsung
mencoba mencari lowongan kerja. Dan pada saat itu gani mendapatkan lowongan
pekerjaan yang kebetulan membutuhkan karyawan sesuai dengan jurusan yang dia
memiliki. Gani pun melamar dan akhirnya diterimah kerja.
Karena kemampuannya dan kerja
kerasnya, setelah beberapa bulan Gani percaya menjadi penanggung jawab dan
akhirnya setelah genap 2 tahun bekerja Gani diangkat menjadi manager
diperusahaan tempat dia bekerja.
"Allaahu Akbar, Allaahu
Akbar (2x)" Suara Adzan Magrib mulai berkumandang. Gani pun
melihat jamnya yang menunjukan jam 6 lewat. Gani pun bangun dari meja kerjanya
dan bergegas pulang.
"tiitt....tiittt"
suara alarm mobil Gani. Gani pun menuju mobilnya. Hal berbeda dengan beberapa
tahun lalu dimana saat Gani pulang selalu mendorong gerobak. Gani pun
mengendarai mobilnya menuju Masjid untuk melakukan Sholat Magrib terlebih
dahulu sebelum pulang. Ditengah kesuksesannya, Gani tak lupa mejalankan
tugasnya sebagai umat Islam yaitu mengerjakan Sholat.
"Sebuah mimpi dapat
terwujud bukan karena keajaiban melainkan karena kerja keras" Colin
Powell"